PORTAL ASURANSI TERPERCAYA
Senin - Jumat 08:30 - 17:30 WIB
Nomor Telp Asuransiku.id 021 806 00 828 / Nomor Whatsapp Asuransiku.id 0812 1234 7023
Instagram Asuransiku.id Facebook Asuransiku.id Youtube Asuransiku.id Twitter Asuransiku.id Linkedin Asuransiku.id
Senin - Jumat 08:30 - 17:30 WIB
Nomor Telp Asuransiku.id 021 806 00 828 / Nomor Whatsapp Asuransiku.id 0812 1234 7023

Perhatikan Founder Startup, Hal Inilah Yang Menjadi Sorotan Investor


Bisnis  |  01 February 2021  |   1805 Pengunjung

Perhatikan Founder Startup, Hal Inilah Yang Menjadi Sorotan Investor

Bisnis  |  01 February 2021 Perhatikan Founder Startup, Hal Inilah Yang Menjadi Sorotan Investor

Meskipun masa-masa 'bakar duit' di startup jadi trend yang berlalu, bukan berarti gairah investor pada startup digital di Indonesia meredup, bahkan meski di masa pandemi gini investor yang melirik startup, malah berani hadir sejak early stage, data di Cento Venture Capital menunjukkan pendanaan tahap awal pada pertengahan 2019 cukup naik di banding 2016-2018 yang cukup stagnan.

Tahap early stage adalah situasi di mana startup ini sudah punya produk final dan memiliki pasar, bahkan telah mampu menghasilkan Gross Merchandise Value (GMV) atau jurnal transaksi dan siap untuk ekpansi bisnis. Sebut saja Victo, seorang angel investor dan C level di sebuah perusahaan startup, mengaku sering bertukar pikiran dengan beberapa rekan yang juga investor, diantara hasil diskusi yang ia dapatkan adalah, bahwa investor lebih menyukai pendanaan di startup early stage, di karenakan deal tiap startup yang cukup kecil, bahkan di bawah 500ribu USD tapi dengan equity tinggi.

Di kutip dari detikinet "Saya sering bertemu dengan beberapa startup yang sedang mencari pendanaan tahap awal. Namun ketika berdiskusi dan menggali lebih dalam tentang bisnis mereka, seringkali sebuah startup terlalu menjual mimpi dibandingkan produk," kata Victo. Dari perjalanannya, Victo menyimpulkan beberapa hal yang bisa membuat investor gagal mendanai startupmu, ketika kamu pitching cari investor.

1. Business Idea
Yang paling penting adalah, diferensiasi dari yang sudah-sudah apakah sama atau hanya sekedar meng-copy lalu memodifikasinya? sebenarnya para investor lebih menyukai harga dan daya jangkau pembelinya, karena dari harga dan keuntungan tersebut, berimbas dengan rasional atau tidak untuk masuk ke pasar, bagaimana fiturnya, apakah bundle atau standalone, dan lain sebagainya.

2. Profil Founder
Founder startup juga menjadi tolok ukur, latar belakang, jam terbang, seberapa tangkasnya dalam mengurus bisnis, pendidikan, kehidupan dan kemampuannya di ranah sosial dan problem solving-nya, bahkan tak jarang investor yang mengulik ke hal-hal privasi seperti bagaimana keluarga dan lainnya. Ini adalah hal terpenting di karenakan founder akan di percaya untuk memegang peran penting kepengurusan bisnis.

"Banyak kami temukan startup yang tidak layak di-invest hanya karena salah satu founder di awal berdiri tidak full time di startup yang dia bangun. Secara gampang, investor hanya membeli idenya saja, hal ini tentu merugikan bagi investor," kata Victo.

Pria yang bekerja sebagai Business Analyst Strategic dan Development Manager di Jakarta Notebook ini juga menyebutkan, bahwa sangat banyak startup yang tidak akan berjaya karena foundernya sendiri tidak menaruh perhatian penuh pada startupnya. Pertimbangan kuat diantara para investor yaitu, di karenakan orang inti di startup itu sendiri tidak fokus, sehingga tidak layak mendapat kucuran investasi..

Baca Juga :Startup Asuransi

3. Besaran Market
Berurusan dengan daya jangkau pasar, pasti akan ada timing tanya jawab seputar, apakah akan ada feature baru ? apakah startup ini dapat di kolaborasikan dengan perusahaan lain? Apakah scalingnya bisa lebih cepat dari target waktu sebelumnya? Khusus hal ini, investor seringnya bertanya berapa matrix yang bergantung pada industri apa yang akan jadi entry startup tersebut, semisal total pelanggan, partner, klien, GMV dan lain sebagainya.

4. Valuasi
Beberapa startup, bahkan seringkali tidak tahu bagaimana cara menggambarkan valuasi startupnya sendiri, sehingga, data valuasi yang mereka sajikan pada investor seringkali tidak sesuai dengan profil keuangan perusahaannya. Pada dasarnya, valuasi adalah nilai yang jadi harga jual ke pasar modal kelak dan menjadi acuan harga startup itu sendiri, contoh : startup xyz sedang mencari investor baru dengan target sebesar 300ribu USD dengan memberikan 20% ekuitasnya.

Baca Juga : Belajar Membangun Startup Dari Startup Insurtech ASURANSIKU.id

Untuk nilai tersebut, masih tidak terlalu besar umumnya di mata investor, tapi, seberapa nilai ekuitasnya ? nah, dari kondisi keuangan perusahaan itulah yang akan jadi penilaian mahal tidaknya nilai investasi tersebut. berbeda jika startup itu masih belum mampu menghasilkan keuntungan bersih, tentunya 300ribu USD tersebut sangatlah mahal, solusinya dapat menaikkan nilai sahamnya.

Berdasar contoh kasus di atas, founder harus lebih jeli lagi memberi penilaian terhadap valuasi startupnya, supaya investor lebih mantan dan yakin untuk menanamkan modalnya, berikan data finansial serta proyeksimu, dan lakukan pendekatan apapun untuk mendapat data tersebut.

5. Strategi
Di depan investor startegimu harus jelas, rinci, detail, logis dan terencana dengan baik, berdasar target dan realisasi yang sudah tercapai sebelumnya, tanpa rencana yang hebat, tentu investor akan kesulitan memprediksi seberapa cepatnya startupmu growth, jelaskan rencanamu kedepan mulai dari pemasaran, pengemangan, operasi apa saja dan lain sebagainya, dengan data-data ini, investor akan lebih mudah memutuskan pendanaannya ke startupmu.

6. Tetap berkomunikasi dan jangan ada kesan pemaksaan
Jalin silaturahmi dengan calon investor, kalaupun dia tidak langsung melakukan pendanaan, dan mendiamkanmu hingga 1 atau bahkan 1,5tahun lamanya bisa saja yang ia lakukan adalah mengamati startupmu apakah benar sesuai yang kamu proyeksikan? Jika dengan pendanaannya akan mencapai penjualan sekian persen, tentu sang investor juga punya hitungan sendiri, bahwa tanpa pendanaannya, seharusnya growth mu tetap tampak sekalipun tak sebesar mimpimu, tetap follow up pelan-pelan, dan saling berkomunikasi, siapa tau investor yang juga pernah berbisnis ini membagikan pengalaman bisnisnya padamu.

Menjadi seorang enterpreneur tidaklah mudah, tentu kamu akan terus memikirkan bisnismu kapanpun dan dimanapun, bahkan saat kamu tidur sekalipun, mimpi-mimpi besar akan bisnismu juga hadir di alam mimipimu, terus rajut mimpi besarmu fokus dan biarkan pialang Asuransi Properti yang meng-cover resiko aset-aset bisnismu.(Arm)