PORTAL ASURANSI TERPERCAYA
Senin - Jumat 08:30 - 17:30 WIB
Nomor Telp Asuransiku.id 021 806 00 828 / Nomor Whatsapp Asuransiku.id 0812 1234 7023
Instagram Asuransiku.id Facebook Asuransiku.id Youtube Asuransiku.id Twitter Asuransiku.id Linkedin Asuransiku.id
Senin - Jumat 08:30 - 17:30 WIB
Nomor Telp Asuransiku.id 021 806 00 828 / Nomor Whatsapp Asuransiku.id 0812 1234 7023

Menjaga Hewan Agar Tetap Sehat Untuk Menjaga Kesehatan Masyarakat Selama Pandemi


Gaya Hidup dan Kesehatan  |  24 January 2022  |   988 Pengunjung

Menjaga Hewan Agar Tetap Sehat Untuk Menjaga Kesehatan Masyarakat Selama Pandemi

Gaya Hidup dan Kesehatan  |  24 January 2022 Menjaga Hewan Agar Tetap Sehat Untuk Menjaga Kesehatan Masyarakat Selama Pandemi

Menjaga hewan agar tetap sehat untuk menjaga kesehatan masyarakat selama pandemi

Tak terasa pandemi Covid19 sudah memasuki tahun ketiga. Banyak upaya yang gagal untuk mengatasi epidemi ini. Dunia juga menghadapi peningkatan jumlah kasus akibat infeksi virus Sars CoV2 varian mikron. Menurut ahli, opsi ini memiliki kecepatan transfer yang lebih tinggi daripada opsi lainnya. Meskipun dianggap kurang ganas dibandingkan varian lainnya, Omicron menimbulkan ancaman kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan krisis kesehatan masyarakat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa pada 22 Januari 2022, ada 340.543962 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi di seluruh dunia dan 5.571.163 kematian. Hingga 18 Januari 2022, WHO melaporkan bahwa total dosis vaksin yang diberikan telah mencapai 9.571.502.663 dosis.  Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadykin, per 4 Januari 2022, telah menerima vaksin Covid-19 sebanyak 166,65 juta orang Indonesia. Dengan pencapaian tersebut, Korea menjadi salah satu dari lima negara dengan tingkat vaksinasi COVID-19 tertinggi di dunia.

Tingginya cakupan imunisasi ini menunjukkan tingginya kesadaran penduduk akan masalah kesehatan. Menurut sebuah studi oleh Biro Pusat Statistik (CSO) berjudul 'Survei Perilaku Penduduk Selama Pandemi COVID-19', dari 154.413 responden yang divaksinasi, 65,3% divaksinasi secara sadar. Dari 58.349 responden yang tidak divaksinasi pada saat yang sama, 21,2% mengatakan mereka masih menunggu jadwal vaksinasi di institusi medis. Sementara itu, hanya sekitar 4,2% masyarakat yang menolak divaksinasi karena tidak percaya dengan efektivitas vaksin.

Dalam penelitian yang sama, kesadaran masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan berkisar antara 54,5% hingga 87,1%. Selama masa pandemi, tingkat kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap persyaratan peningkatan imunitas mencapai 87,1%. Ini adalah protokol kesehatan yang dipatuhi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sementara itu, protokol kesehatan yang paling dilanggar oleh penduduk selama pandemi adalah penggunaan dua masker dengan tarif 20%. Badan tersebut mengatakan pada Juli 2021 bahwa total premi asuransi kesehatan berjumlah Rs 8,85 triliun. Meningkat 4,73% dibandingkan Juli 2020. Ini berarti kesadaran kesehatan masyarakat dan tingkat buta huruf telah meningkat selama pandemi.

Kesadaran yang tinggi terhadap aspek kesehatan masyarakat ini harus berjalan seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan hewan. Terkait dengan adanya penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau penyakit zoonosis. Sebab, di benak sebagian besar masyarakat Indonesia, dunia kesehatan hewan seringkali hanya berkaitan dengan upaya mengobati hewan yang sakit saja. Oleh karena itu, pihak yang berkepentingan dengan kesehatan hewan terbatas pada pecinta dan pemilik hewan, aktivis hak-hak hewan dan peternak.

Bahkan khazanah keilmuan kedokteran hewan adalah bidang kesehatan hewan (Kesmavet). Salah satu bidang keilmuannya adalah pencegahan dan pengobatan penyakit zoonosis. Hal ini mencakup aspek keamanan produk hewani, terutama daging, susu, telur, dan makanan yang berasal darinya. Pandemi Covid-19 membangkitkan kesadaran dan kepedulian terhadap kesehatan hewan. Menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), per 31 Desember 2021, jumlah total kasus COVID-19 pada hewan mencapai 625 di 32 negara di Asia, Amerika Serikat, dan Eropa. Setidaknya 17  hewan telah terinfeksi COVID-19. Ini termasuk anjing, kucing, singa, harimau, gorila, rusa dan puma. Spesies hewan yang telah dinyatakan positif COVID-19 di Asia antara lain anjing, kucing, singa, dan harimau.

Belum ada laporan hewan terinfeksi Covid19 di Indonesia, tapi singa di Singapura sudah dipastikan terjangkit Covid19, jadi kita harus waspada. Sementara itu, di Thailand, kasus infeksi COVID-19 telah dilaporkan pada anjing dan kucing. Dengan pengalaman wabah penyakit hewan seperti flu burung, kasus di negara tetangga dapat menyebabkan kasus serupa di Indonesia.

Pada tanggal 29 September 2004, inisiatif One World, One Health diluncurkan. Inisiatif ini dimulai setelah para ahli medis, kesehatan masyarakat, kesehatan hewan dan satwa liar berkumpul di sebuah simposium yang diselenggarakan oleh Wildlife Conservation Society of Rockefeller University.  Salah satu poin penting dari konsep “One World, One Health” adalah keterkaitan antara aspek kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, satwa liar dan lingkungan. Para ahli memahami bahwa perubahan cara manusia berinteraksi dengan hewan dan lingkungan memicu munculnya penyakit baru atau penyakit yang muncul. Pertumbuhan penduduk mempengaruhi penggunaan lahan di kawasan industri dan pemukiman, terutama hutan. Memang salah satu fungsi hutan adalah sebagai perangkap alami bagi mikroorganisme patogen.

Studi mikrobiologi telah menunjukkan bahwa patogen seperti bakteri, virus dan parasit tetap berada di tubuh hewan liar di masa lalu. Namun, dengan penghijauan skala besar, intensitas kontak manusia dengan satwa liar meningkat. Oleh karena itu, kemungkinan infeksi mikroorganisme patogen yang masuk ke dalam tubuh hewan liar juga meningkat di dalam tubuh manusia. Pandemi COVID-19 adalah salah satu contoh nyata penyakit manusia akibat penyakit hewan. Wabah tersebut dikatakan bermula ketika virus tersebut menginfeksi tubuh kelelawar liar yang diperdagangkan di sebuah pasar hewan di Wuhan, China. Dalam retrospeksi, penyakit zoonosis yang mengancam kesehatan masyarakat termasuk flu burung, Ebola, SARS, penyakit sapi gila (mad cow disease), dan virus West Nile (meningitis yang menyebabkan peradangan endometrium). Salah satu pengikut prinsip

One World, One Health adalah penerbitan Pedoman Zoonosis Tripartit (TSG). Pedoman manajemen epidemi zoonosis ini telah dikembangkan oleh tiga organisasi global. Yakni, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), dan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). TSG adalah panduan bagi pemangku kepentingan global tentang kesehatan hewan dan masalah keamanan pangan yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.

Secara geografis, Indonesia memiliki kawasan hutan hujan terluas di dunia. Jika masyarakat memahami hubungan antara kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan, maka proses konservasi akan meningkat. Perhatian khusus harus diberikan pada penggunaan produk yang diperoleh dari hewan liar, seperti bulu, kulit, gading, tanduk, hati dan empedu. Ini juga termasuk memberi tahu masyarakat tentang cara menghindari satwa liar.

Kesadaran masyarakat bahwa hewan dapat menularkan penyakit berbahaya akan meningkatkan tanggung jawab memelihara hewan untuk menjaga kesehatan hewan. Oleh karena itu, kegiatan pemantauan kesehatan hewan dapat meningkat, seiring dengan partisipasi aktif masyarakat dalam memeriksa kesehatan hewan peliharaan di klinik hewan, klinik dan klinik hewan. Optimalisasi proses pemantauan kesehatan hewan ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya wabah zoster yang mengancam kesejahteraan hewan.