PORTAL ASURANSI TERPERCAYA
Senin - Jumat 08:30 - 17:30 WIB
Nomor Telp Asuransiku.id 021 806 00 828 / Nomor Whatsapp Asuransiku.id 0812 1234 7023
Instagram Asuransiku.id Facebook Asuransiku.id Youtube Asuransiku.id Twitter Asuransiku.id Linkedin Asuransiku.id
Senin - Jumat 08:30 - 17:30 WIB
Nomor Telp Asuransiku.id 021 806 00 828 / Nomor Whatsapp Asuransiku.id 0812 1234 7023

Langkah "Menyelamatkan" dan Tren Pariwisata Indonesia di tengah Pandemi


Pariwisata  |  01 February 2022  |   1621 Pengunjung

Langkah "Menyelamatkan" dan Tren Pariwisata Indonesia di tengah Pandemi

Pariwisata  |  01 February 2022 Langkah

Langkah "Menyelamatkan" dan Tren Pariwisata Indonesia di tengah Pandemi

Pandemi COVID-19 telah memukul industri pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia. Menurut data yang dirangkum dalam buku Tren Pariwisata 2021 terbitan Kemenparekaf/Baparekaf, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia menurun sangat tajam sejak Februari 2020, memuncak pada April 2020 yang hanya hadir 158.000 orang.

Total wisman yang masuk ke Indonesia pada tahun 2020 hanya 40,52 juta. Bisa dikatakan angka ini cukup mengejutkan, karena hanya sekitar 25% wisatawan yang masuk ke Indonesia pada tahun 2019 sebanyak 4.444 orang. Hal ini juga mempengaruhi pendapatan pemerintah di sektor pariwisata. Adanya pembatasan sosial besar-besaran dan larangan masuk di Indonesia telah mengurangi pendapatan pariwisata pemerintah sebesar Rs 20,7 miliar!

Dampak pandemi COVID19 terhadap sektor pariwisata Indonesia juga terlihat dari pengurangan jam kerja. Sekitar 12,91 juta orang telah mengurangi jam kerjanya di sektor pariwisata, dan 939.000 orang untuk sementara kehilangan pekerjaan di sektor pariwisata. Sementara itu, pandemi COVID-19 juga berdampak langsung pada berbagai lapangan pekerjaan di sektor pariwisata. Menurut BPS 2020, sekitar 409.000 pekerja pariwisata kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19.

Langkah "Menyelamatkan" Pariwisata di Indonesia

Berbagai upaya terus dilakukan untuk menghidupkan kembali pariwisata Indonesia. Kementerian Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Pariwisata (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan tiga fase “penyelamatan”: tanggap darurat, pemulihan, dan normalisasi.

Fase tanggap darurat berfokus pada kesehatan, seperti meluncurkan program jaring pengaman, mendorong kreativitas dan produktivitas selama WFH, mengoordinasikan kawasan pariwisata dan krisis pariwisata, dan mempersiapkan pemulihan.

Fase pemulihan menyusul, dan tempat-tempat wisata Indonesia secara bertahap akan dilanjutkan. Persiapannya sangat matang, dimulai dengan penerapan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) ke objek wisata dan mendukung optimalisasi kegiatan MICE (Meetings, Promotions, Meetings and Exhibitions) Indonesia.

Fase terakhir adalah fase normalisasi, yaitu mempersiapkan destinasi dengan protokol CHSE untuk meningkatkan minat pasar terhadap paket perjalanan dan diskon MICE. Salah satu program yang berlangsung dari Agustus hingga September 2020 adalah Virtual Tourism Fair.

Tren perjalanan berubah di tengah pandemi COVID-19

Kemampuan beradaptasi, inovasi, dan kolaborasi yang baik menjadi kunci utama kelangsungan hidup pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dalam situasi pandemi. Pasalnya, saat ini anggota masyarakat mulai berubah, yang dibarengi dengan perubahan tren pariwisata.

Contoh paling sederhana: Sebelum wabah, kami beristirahat dengan bebas di destinasi wisata di Indonesia dan luar negeri. Namun, pandemi telah menyebabkan perubahan tren pariwisata, seperti liburan yang tidak melibatkan banyak kontak dengan orang lain karena alasan keamanan. Sebagai pelaku industri perhotelan, kita tidak bisa hanya mengandalkan penginapan karena pandemi berdampak besar pada hotel. Penyedia hotel, seperti menawarkan WorkFrom Hotel (WFH) sebelum mendapat sertifikasi CHSE dari Kementerian Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Pariwisata, juga harus mulai beradaptasi untuk bertahan agar pengunjung bisa merasa lebih aman selama liburan.

Keinginan untuk pergi berlibur tanpa bertemu orang lain telah mengubah tren layanan paket. Pejabat industri perjalanan harus mulai menawarkan paket perjalanan eksklusif atau kelompok mini untuk membantu wisatawan merasa lebih aman dan meminimalkan kemungkinan penyebaran virus saat berlibur.

Sementara itu, dari segi destinasi wisata, banyak destinasi wisata yang terkena dampak wabah COVID-19, bahkan ada yang ditutup karena sepi pengunjung. Untuk itu, pelaku pariwisata harus memanfaatkan inovasi teknologi yang berperan penting dalam mendukung perubahan tren pariwisata di tengah pandemi, salah satunya pariwisata virtual untuk liburan online.

Tak kalah pentingnya, perubahan tren pariwisata di Indonesia juga berimbas pada beberapa bisnis restoran. Tentunya agar industri restoran dapat bertahan, harus berinovasi seiring dengan perubahan perilaku dan kebiasaan konsumen. Selama pandemi COVID-19, sekitar 70% orang menggunakan layanan makanan online (delivery, takeaway, catering), sehingga restoran harus menerapkan layanan contactless untuk menyediakan layanan takeaway. Bahkan, konsep outdoor dining diperkirakan akan menjadi sangat populer setelah pandemi berakhir. Hal ini karena penduduk mengikuti protokol kesehatan dan menjaga jarak dari orang lain untuk meminimalkan paparan virus.

Ini adalah beberapa strategi untuk meningkatkan tren pariwisata di Indonesia di tengah atau bahkan sebelum pandemi berakhir. Pandemi ini diharapkan dapat menghidupkan kembali industri pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia yang sempat terpuruk.