PORTAL ASURANSI TERPERCAYA
Senin - Jumat 08:30 - 17:30 WIB
Nomor Telp Asuransiku.id 021 806 00 828 / Nomor Whatsapp Asuransiku.id 0812 1234 7023
Instagram Asuransiku.id Facebook Asuransiku.id Youtube Asuransiku.id Twitter Asuransiku.id Linkedin Asuransiku.id
Senin - Jumat 08:30 - 17:30 WIB
Nomor Telp Asuransiku.id 021 806 00 828 / Nomor Whatsapp Asuransiku.id 0812 1234 7023

Belajar dari kejatuhan raksasa finansial Lehman Brothers


Bisnis  |  15 June 2021  |   2551 Pengunjung

Belajar dari kejatuhan raksasa finansial Lehman Brothers

Bisnis  |  15 June 2021 Belajar dari kejatuhan raksasa finansial Lehman Brothers

Siapa yang tak mengenal Lehman Brothers ? sebuah firma keuangan terbesar ke empat di dunia, yang bermarkas di Amerika Serikat, yang diawali dengan sebuah toko kecil dengan penjualan kapas serta untuk jasa barter dan perdagangan, singkat cerita usaha dagang ini berkembang pesat dan berpindah ke Manhattan New York.

Pada sesaat setelah terjadinya civil war (perang saudara) yang berkobar di Amerika, dengan kekayaan yang dimiliki, perusahaan ini berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi di negeri paman sam, dengan adanya bursa kapas New York yang di gagasnya, penerbitan surat utang untuk perusahaan kereta api, konsultan finansial, hingga menjadi anggota bursa saham New York.

Pada era 1950an setelah perang dunia kedua, perusahaan terus berkembang hingga menjadi penjamin dan mengatur akuisisi Digital Equipment Corporation oleh Compaq, hingga pada 1975 perusahaan ini merger dengan American Express dengan menjual sahamnya pada Shearson.

Di kenal sebagai bank investasi dengan karyawan yang tersebar hampir di seluruh dunia, di awali dengan lesunya pasar properti yang membuat para investor ragu atas perkembangan aset yang di kelola oleh raksasa finansial ini, dalam situasi ini membuat aset yang dimiliki para investor semakin memberat pada proses likuiditasnya.

Banyak para ekonom memperkirakan awal kehancuran perusahaan ini dimulai dari program investasi pada KPR yang di khususkan warga AS berpenghasilan di bawah rata-rata atau di sebut dengan Subprime Mortgage, para kreditur ini dianggap memiliki kemampuan kecil untuk membayar kreditnya.

Justru triknya adalah dengan meanfaatkan para kreditur yang gagal bayar, adalah membuat keuntungan Lehman, dengan asumsi, ketika nasabah gagal bayar cicilan rumah aset tersebut akan disita dan di ambil alih, nah saat itu rumah dapat di jual kembali dengan harga pasaran, bukan lagi harga KPR subsidi, tentu hal inilah yang dikira akan mendapatkan cuan.

Sehingga para investor yang dijanjikan akan dapat bunga yang tinggi, sayangnya pada 2008 bersamaan krisis ekonomi global yang membuat jenis pinjaman semacam ini membuat level bunga yang di berikan menjadi lebih rendah pada tahun awal kredit yang di berikan.

Diantara hal tersebut terdapat para developer yang membangun perumahan dalam skalah besar, malah harus menerinya kenyataan bahwa terdapat penurunan permintaan, yang di karenakan bunga KPR tidak lagi terjangkau, sehingga terdapat kondisi dimana properti baru belum berhasil terjual, dan rumah hasil sitaan bank membuat bubble ekonomi, dan harga rumah di AS perlahan turun.

Krisis Global

Dinyatakan sebagai kebangkrutan terbesar sepanjang sejarah AS, 2008 yang menyatakan kepailitan perusahaan ini memicu tragedi krisis ekonomi dunia, di saat yang sama terjadi rush, atau penarikan dana dalam jumlah besar oleh para investor, yang di karenakan takut kehilangan uangnya.

Klaim Investasi Mencapai 110 Miliar USD

Parahnya kondisi perusahaan ini merosot kian jauh hingga 90% yang membuat perusahaan ini di hapus dari New York Stock Exchange, bahkan The Fed pun tak sanggup menyelamatkannya dengan cara melikuidasi aset perusahaan, sesaat bank investasi raksasa ini menyatakan kepailitannya, hingga para nasabah mengajukan klaim atas dana yang di investasikannya, hingga total  110 Miliar Dollar Amerika.

Pencegahan

Beberapa negara melalui otoritasnya berkomitmen untuk mencegah hal-hal seperti ini agar tidak terjadi kembali, dengan cara pembentukan Corporate Governance konglomerasi keuangan, grup ini di harapkan memiliki strategi dan penanganan resiko keseluruhan dan memastikan strategi tersebut dijalankan dengan memadai.

Tak sampai disana, beberapa pakar ekonomi setuju terdapat lembaga pengawas keuangan yang memiliki kriteria untuk menerapkan risk management dengan penangan secara group-wide, terdapat kebijakan risk tolerance pada level group, sistem juga proses secara efektif guna melaporkan dan mengelola resiko konsentrasi secara group-wide.

Manajemen permodalan dan likuiditas haruslah dilaksanakan dengan baik dari konglomerasi keuangan, dengan tetap mewajibkan pemenuhan permodalan dari masing-masing unit usaha, yang  ajib dibentuk sesuai ketentuan di tiap sektor jasa keuangan.(Arm)