PORTAL ASURANSI TERPERCAYA
Senin - Jumat 08:30 - 17:30 WIB
Nomor Telp Asuransiku.id 021 806 00 828 / Nomor Whatsapp Asuransiku.id 0812 1234 7023
Instagram Asuransiku.id Facebook Asuransiku.id Youtube Asuransiku.id Twitter Asuransiku.id Linkedin Asuransiku.id
Senin - Jumat 08:30 - 17:30 WIB
Nomor Telp Asuransiku.id 021 806 00 828 / Nomor Whatsapp Asuransiku.id 0812 1234 7023

Sejarah Peradaban Panjang Sungai Batanghari


Pariwisata  |  04 August 2023  |   3593 Pengunjung

Sejarah Peradaban Panjang Sungai Batanghari

Pariwisata  |  04 August 2023 Sejarah Peradaban Panjang Sungai Batanghari

Sungai Batanghari adalah sungai terpanjang di pulau Sumatera. Sungai Batanghari memiliki panjang sekitar 800 Km, membentang dari provinsi Jambi hingga provinsi Sumatera Barat.

Sungai Batanghari memiliki hulu di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Untuk muaranya berada di perairan timur Sumatera yaitu di  Muarasabak. Daerah muara ini berada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi.

Ada 7 kabupaten serta kota di dua Provinsi yang dilintasi Sungai Batanghari. Ke 7 kabupaten atau kota tersebut yaitu, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan kedua berada di Provinsi Sumatera Barat.

Lalu ada Kabupaten Bungo, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muarojambi, Kota Jambi serta Kabupaten Tanjung Jabung Timur masuk kedalam provinsi Jambi. 

 

Sejarah Peradaban Sungai Batanghari


Di Jambi, Sungai Batanghari merupakan terpanjang pada daerah tersebut. Aliran sungainya mencapai sejauh 800 km. Sungai Batanghari menembus wilayah Jambi dengan berhulu di Gunung Rasan, Sumatra Barat. Sungai Batanghari bermuara ke Laut Cina Selatan.

 

Jejak perdaban Indonesia di masa lampau banyak ditemukan. Seperti Muarajambi, Koto Kandis, Pulau Sawah, Padang Roco, dan Solok Sipin. Kehidupan di lingkungan Sungai Batanghari telah sangat tua. Hingga di daerah seputar Kerinci, Sungai Batanghari masih meninggalkan jejak peninggalannya. Terdapat pengaruh dari Tiongkok, banyak penginggalan keramik-keramik ditemukan dari era Dinasti Han.

Dinasti Han merupakan kerajaan terbesar di Tiongkok pada Abad ke 3. Hubungan masyarakat di pedalaman Jambi dengan dunia luar termasuk Tiongkok dengan Sungai Batanghari sebagai jalur utamanya.

Jalur Penghubung
Dalam catatan sejarah di abad ke-7, ada seorang biksu asal Tiongkok ke negeri bernama Mo-lo-yeu. Sang biksu melakukan perjalanan dengan berlayar. Lokasi yang di sambanginya banyak dihubungkan pada wilayah Muaro Jambi, Situs Muarajambi yang di tahun 2023 kini kita kenal sebagai Jambi sekarang.

Biksu tersebut menyusuri pantai timur Sumatra, kemudian istirahat di suatu tempat. Selepas beristirahat sang Biksu kembali melanjutkan perjalanan dengan naik perahu kecil. Dengan perahu yang lebih kecil itu, Sang Biksu menyusuri sungai ke pedalaman.

Dari sana banyak ditemukan keramik-keramik asing. Paling tua misalnya dari era pemerintahan Dinasti Tang yang berdiri abad ke-8 sampai ke-9. Kemudian ada keramik-keramik masa Dinasti Sung pada abad ke-11 sampai ke-13.

 

Jambi kala itu sudah menjadi pelabuhan dengan kapal asing yang banyak mengunjungi. Produk-produk Jambi semisal emas, pinang, serta damar sangat menarik banyak minat pedagang yang mengunjungi kota ini.  Hasil alam tersebut mendorong Jambi semakin berkembang pada masa itu. 

Ibu Kota Tepian Sungai
Sungai Batanghari memiliki peran sebagai jalan utama menuju wilayah-wilayah kecil di hulu. Salah satunya Kerinci yang menjadi penghasil emas, beras, serta ragam hasil hutan. Lalu pada lokasi yang di Agustus 2023 ini dikenal Situs Candi Padang Roco, Kecamatan Sitiung, provinsi Sumatra Barat.

Jejak Sejarah serta Kepurbakalaan Dharmasraya nampak jelas di Sungai Batanghari dari susunan permukimannya. Sungai Batanghari terletak kurang lebih 160 m diatas permukaan air laut,  dengan ketinggian seperti ini membuat wilayahnya terhindar dari bahaya banjir. Di sana terdapat situs Prasasti Dharmasraya. Prasasti yang terletak pada alas Arca Amoghapasa yang dikirim oleh Kertanegara di Singhasari pada tahun 1286 sebagai tanda persahabatan pada Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa raja Kerajaan Melayu kala itu.

Arca itu kemudian didirikan di Dharmasraya, sebuah tempat yang penting artinya, yang menandakan sebuah pusat pemerintahan. Lokasi lain yaitu Situs Percandian Pulau Sawah. Kawasannya masih Kabupaten Dharmasraya. Wilayah ini pada abad ke-12 hingga ke-14 sangatlah ramai. Setidaknya terdapat 11 struktur bangunan purbakala seperti bata, arca, dan keramik.

Situs Pulau Sawah nampak difungsikan sebagai sebuah lokasi untuk pemujaan bagi para dewa, baik Hindu maupun Buddha. Kerajaan Melayu memiliki keuntungan lokasi geografisnya yang strategis. Berada di daerah lembah Batanghari, setidaknya telah tiga kali berpindah ibu kota. Awalnya berada di wilayah hilir Sungai Batanghari, yaitu kota Jambi kini berada, kemuadian bergeser ke arah hulu, posisinya di Provinsi Sumatra Barat.

Adapun pusat pemerintahan yang ketiga di Barusangkar dan Pagaruyung, Sumatra Barat. Berdasar pada catatan Prasasti Pagaruyung III dan Saruaso I, Adityawarman diperkirakan masuk ke kawasan Tanah Datar di tahun 1347 kemudian memerintah di sana hingga tahun 1375. Geografis wilayah tersebut dekat dengan alur air yang lain, yaitu Sungai Indragiri dan Sungai Kampar Kiri.

Di masa ini, Kerajaan Melayu mencapai puncak kekuasaannya. Logam emas sangat dipergunakan dengan maksimal. Sumber emas dikelola para penguasa Kerajaan Melayu serta dimanfaatkan untuk menjadi sumber penghasilan kerajaan

Keuntungan
Memindahkan pusat pemerintahan dari hilir sungai ke wilayah pedalaman memang memiliki banyak keuntungan. Segi keamanan, pedalaman sukar dijangkau bajak laut. Sebab aliran sungainya tak mungkin dapat dilalui perahu yang besar.

Kontrol serta jalur distribusi sumber alam di pedalaman bisa diperoleh sekaligus. Raja penguasa wilayah ini dapat kendali penuh terhadap pergerakan orang dan barang. Bukan sekedar ekonomi, dari perkembangan agama pun juga berpengaruh. 

Di masa lalu sungai bisa dikatakan jalan raya dari sebagian besar warga Sumatra melakukan aktivitas lalu lintas pendistribusian barang.